Berikut adalah
pesan wejangan dari RM. Imam Koessoepangat untuk melengkapi riwayat RM Imam
dari postingan / Sejarah Singkat RM Imam K. Bersifat melengkapi dari ajaran
beliau yang sangat terkenal yakni " Sepira gedhening sengsara , yen
tinampa amung dadi coba " . Penulis mengambil dari halaman FB Raden Mas
Imam Koessoepangat .
Pesan “Mas Imam Koessoepangat”
Manusia adalah
makhluk yang paling mulia, karena manusia diberi akal dan nafsu, sedang makhluk
lain ada yang hanya diberi akal dana ada yang hanya diberi nafsu. Nafsu
mutmainah adalah berbuat kebaikan (nafsunya Malaikat), nafsu supiyah adalah
iri, dengki (nafsunya syaiton), nafsu aluamah adalah rakus (nafsunya binatang),
dan amarah adalah pemarah (nafsu syaiton). Dan bersyukurlah manusia diberikan
semua keempat nafsu. Namun harus hati-hati menggunakan keempat nafsu, karena
keempat nafsu itu ada keburukan dan kebaikannya, harus sesuai dengan suasana
dan tempat (empan lan papan). Dalam ilmu Jawa “papat kiblat limo pancer”. Yang
empat adalah nafsu dan pancer adalah diri kita. Jadi bagaimana kita bertindak
dalam kehidupan sehari-hari, menuruti nafsu yang mana. Manusia diciptakan hanya
untuk beribadah kepada Tuhan YME. Seperti yang terkutip dalam Al-Qur’an :
manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepadaku. Sebetulnya letak
semua permasalahan didunia ada disini. Manusia dalam menjalankan segala
aktifitas hidupnya harus punya niat untuk beribadah. Pertama kali semua
perbuatan manusia yang dinilai adalah niatnya sesudah itu baru perbuatannya.
Maka dari itu apabila kita hendak menjalankan aktifitas hidup hendaknya berniat
untuk beribadah ” Karena Allah (Lillahi ta’ala), aku akan menjalankan tugas
hidup) Bismillahirohmannirohim”. Apabila ini semua dapat dilaksanakan maka baru
dapat dikatakan manusia berbudi luhur (dalam Islam disebut bertaqwa). Puncak
segala macam ibadah dalam Islam adalah Taqwa. Manusia berbudi luhur adalah
manusia yang berbakti kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa 2. Kedua orang tua 3.
Guru.
Berbakti kepada Tuhan YME adalah menjalankan
segala perintah dan menjauhi segala larangannya seperti yang tercantum dalam
Al-Qur’anul Karim. Namun bagi orang Islam tidak hanya itu dan lebih baik pula
untuk menjalankan sunnah Nabi Muhammad saw. Karena tuntunan hidup manusia Islam
dlam penjabaran dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau adalah ibarat
Al-Qur’an berjalan. Berbakti kepada kedua orang tua adalah juga merupakan
kewajiban kita, karena mereka berdualah kita ada dan keluar ke dunia ini.
Betapa berat mereka (terutama ibu) mengandung kita selama + 9 bulan, serta
membesarkan kita hingga dewasa. Betapa besar pengabdian mereka untuk membimbing
kita, memberikan penghidupan kita, hingga kita dapat hidup mandiri tanpa
bantuan mereka lagi. Pengabdian yang tak dapat diukur berapa jumlah dan
panjangnya. Dan kita tak bisa membalas budinya hingga impas dengan apa yang
mereka berikan kepada kita. (HR. Muslim ” Surga itu ada ditelapak kaki ibu”).
Memahami dari hadits tsb bahwasannya surga itu ada di telapak kaki ibu, betapa
besar dan agung seorang ibu menurut Islam. Hendaklah kita bersujud/sungkem kpd
ibu. Dan kewajiban pula sebagai seorang anak adalah mendoakan kedua orang tua
baik waktu masih hidup maupun sudah meninggal. Terkutip dalam Qur’an
“terputuslah amal perkara seseorang ketika ia mati kecuali tiga perkara :
Sodakoh Jariyah, anak soleh yang mendoakan orangtuanya, ilmu yang bermanfaat.
Berbakti kepada Guru adalah juga merupakan kewajiban kita karena kita telah
bertahun-tahun dibimbing untuk menimba ilmu agar kita pandai, mengerti,
memahami serta mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh. “Guru adalah pahlawan
tanpa tanda jasa”. Menilik dari mutiara tsb sangatlah sesuai dengan apa yang
telah diberikan guru untuk kita hingga kita menjadi orang yang bermanfaat bagi
agama, nusa bangsa dan seluruh umat manusia. Guru bukanlah hanya di sekolah
semata namun semua orang yang telah memberikan bimbingan ilmu kepada kita adalah
guru.
“Guru digugu lan ditiru” makna yang agung bagi sebutan seorang guru,
karena ia contoh suri tauladan bagi para bimbingannya. Namun tidak terlepas
dari unsur Islam manusia berbudi luhur adalah manusia yang Eling marang
Pangeran Kang Maha Dumadi. Dan perbuatannya dapat dijadikan suri tauladan bagi
sesamannya. Jati diri manusia, ” manunggaling kawulo gusti” dalam istilah Jawa
merupakan ilmu Jawa tingkat tinggi. Manusia yang sudah bisa merasakan adanya
Tuhan dalam dirinya sendiri. Manusia seperti ini dalam segala tindak tanduknya
selalu diilhami oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Apa yang dikerjakan sesuai dengan
apa yang dirasakan. Manusia itu punya bentuk batin yang tidak kelihatan oleh
orang lain namun kelihatan oleh dirinya sendiri. Namun begitu tidak semua orang
bisa melihat bentuk batinnya ini, kalau tanpa melalui lelaku. Dengan lelaku
inilah manusia baru bisa melihat bentuk batinnya sendiri. Laku ini berat untuk
dijalani bagi orang awam. Namun orang yang bisa menjalaninya berarti orang ini
dapat dikatan orang linuwih. Hal laku ini seperti yang pernah dijalani dalam
cerita pewayangan yaitu Brataseno (Bimo) ketemu Dewa Ruci. Dewa Ruci adalah
bentuk batinya Bimo sendiri maka dalam pewayangan Dewa Ruci digambarkan Bimo
kecil (Semua bentuk tubuhnya mirip Bimo namun kecil). Betapa berat laku yang
dijalani Bimo sehingga dia menemui bentuk batinnya sendiri, sehingga ia bisa
“manunggaling kawulo gusti”. Bisa merasakan adanya Tuhan dalam dirinya.Badan
manusia, hartanya semua ini adalah titipan Tuhan semata yang harus dijaga agar
tak diganggu oleh orang lain maupun makhluk lain. Manusia diberi kepercayaan
untuk menjaganya, dan yang dipercaya juga harus memberikan tindakan nyata atas
kepercayaan yang telah diberikan. Yakni menggunakan badan serta harta untuk
tujuan kebaikan, jangan digunakan hanya untuk kesenangan dan kenikmatan semata,
sebab titipan ini tidak untuk dibuat kesenangan dan kenikmatan akan tetapi
digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan barokah. Agar kelak dikemudian hari
apabila titipan ini diambil kembali oleh yang punya, tidak akan disiksa, karena
salah menggunakan titipan. “Manusia dapat dimatikan, manusia dapat dihancurkan
tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu masih percaya pada
dirinya sendiri.” Manusia dapat dimatikan oleh orang lain kalau ia dibunuh,
dapat pula dihancurkan missal ia dibakar atau digilas akan tetapi manusia tidak
dapat dikalahkan kalau manusia itu masih percaya pada dirinya sendiri (batinnya
sendiri). Batin inilah puncak segala kekuatan manusia karena batin manusia akan
selamanya benar, belum pernah ada cerita kalau batin manusia itu bohong atau
salah. Karena memang batin adalah hati kecil paling dalam yang tak akan pernah
berbuat kesalahan, Hati kecil ini memang diciptakan oleh Allah agar manusia
percaya pada dirinya sendiri sehingga akan terhindar dari bujukan dan rayuan
syaiton. Manusia berbuat benar karena Allah, manusia berbuat salah karena nafsu
kemungkaran hasil bujukan syaiton. Namun sesungguhnya kalau manusia mau percaya
pada hati kecilnya sendiri tentunya tidak akan berbuat salah. Walaupun kita
sudah mati dan berada di alam kubur kebenaran yang ada pada diri kita akan
tetap hidup untuk selamanya, karena kebenaran adalah milik Allah swt. Dan
apabila kita mati dalam kebenaran tentunya hati kita di alam barzah akan
mendapat ketenangan dan kedamaian. Sesuai dengan janji Allah seperti terkutip
dlm “ Qur’an ” Orang yang berjuang di jalan Allah (kebenaran) akan mendapatkan
sorga sebagai penggantinya” Dalam Islam jati diri manusia ya manusia itu
sendiri bentuk lahir batinnya. Islam tidak mengajarkan manusia untuk
menjalankan laku seperti dalam ilmu Jawa. Bagaimana manusia itu akan bertindak
ya dia sendiri yang menentukan. Manusia hidup sudah ditakdirkan dalam “Lauful
Makhfud” Manusia tidak tahu dan tidak bisa merubah takdir ini. Manusia hanya
bisa merubah nasibnya, karena nasib manusia berada ditangan manusia itu
sendiri. Manusia hidup hanya dicipta untuk beribadah semata, “seperti diatas”.
Islam is rasional. Nabi dalam sunahnya juga tidak pernah mengajarkan manusia
untuk bertapa seperti dalam dongeng. Manusia hanya diwajibkan islah, hijrah
(menyendiri, meninggalkan tempat) apabila dalam suatu kaumnya sudah rusak (tak
bermoral) namun sudah diberi peringatan juga tidak mau berubah. Hanya kita
disunahkan untuk banyak berdzikir dan beribadah. Dalam setiap kesempatan apapun
rasanya kita bisa menjalankan kedua hal tersebut. Namun kadang kita lupa,
karena semakin banyaknya kebutuhan hidup dan semakin rumitnya hidup ini.
Jatidiri dalam Islam adalah manusia yang bertaqwa, karena kunci menjadi manusia
Islam sejati adalah Taqwa. Manusia diahadapan Allah yang dinilai bukanlah
harta, isteri, anak, namun hanya ketaqwaannya. Manusia yang sudah bisa
menjalankan perintah serta menjauhi larangannya. Seperti Nabi atau alim ulama
lainnya yang patut dijadikan contoh. Manusia yang seperti inilah yang sudah
bisa menemukan jatidirinya. Nrimo ing pandum (menerima apa adanya sesuai dengan
pemberian rizki dari Allah swt. Manusia yang tidak iri atau dengki melihat
orang mendapat kesenangan dan kenikmatan. Apabila ia mendapat kenikamatan rizki
ia bersyukur dan apabila ia mendapat kesusahan rizki iapun tetap bersyukur dan
tidak mengeluh. Apa yang dihadapannya dan apa yang dikerjakannya adalah
merupakan takdir semata. “Sepiro gedhene sengsoro yen tinompo amung
dadi cobo”
Dikutip oleh Mas
Angga hari Kamis, 22-09-2011 dari : FB Raden Mas Imam Koessoepangat Alamat : http://www.facebook.com/pages/Madiun-Indonesia/Raden-Mas-Imam
PSHT JAYA
BalasHapus